Selasa, 08 Februari 2011

PELATIHAN LIFE SKILL BEBANTENAN (SERATI)

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DILANDASI DENGAN PEMAHAMAN SASTRA MENUJU KELUARGA YANG SEJAHTERA.

DSC01630Didalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional  dinyatakan bahwa salah satu Program Pendidikan Non Formal adalah Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH). Sedangkan kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional diarahkan untuk mewujudkan Pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan Masyarakat baik Lokal, Nasional maupun Global, sehingga mampu membangun masyarakat / orang Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

DSC01626Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan melalui penyelenggaraan berbagai p rogram yang mengarah pada Pembekalan kepada Warga Masyarakat tentang Pengetahuan, ketrampilan sikap dan kepribadian Profesional yang berbasis pada Pendidikan Kecakapan Hidup. Program Pendidikan kecakapan Hidup diperuntukkan bagi warga Masyarakat yang tidak bersekolah, tidak bekerja dan berasal dari Keluarga Kurang mampu agar memiliki Ketrampilan sebagai bekal untuk meningkatkat penghasilan. Pendidikan Kecakapan Hidup diwilayah Pedesaaan dikembangkan guna pembelajaran Peserta didik secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam ikut serta mengurangi Pengangguran.

rejang_dewa DSC00766
DSC00817 DSC00773

Pendidikan Kecakapan Hidup bagi Masyarakat Pedesaaan dimaksudkan untuk memberikan Pendidikan dan Pelatihan khusus bagi Masyarakat yang berdomisili di Pedesaan dimana jumlah Penganggurannya cukup besar. Program Pendidikan Kecakapan Hidup ini sangat relevan dilaksanakan di Pedesaan dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan mengurangi Pengangguran, yang sudah tentu melihat Potensi serta disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam Masyarakat setempat.

Bali dikenal dengan sebutan Seribu Pura, Bali Penduduknya Mayoritas Agama Hindhu dan hampir setiap hari “ Tiada Hari Tanpa Upacara”. Upacara Bebantenan (Yadnya) identik dengan Pengembangan kasanah Kebudayaan yang dilandasi oleh Agama Hindu. Dengan misi tersebutlah Peran yang akan diambil oleh PKBM mengandung makna Pelestarian Budaya yang trend sekarang semuanya mau serba Instan , serba digampangkan dan serba praktis.

Bokor-perak-3 DSC01827 DSC01828 DSC01833
Bokor Slaka Tempat tirta Bokor Kau Keben Tempurung
Dulang-1 keben-1set Keben-8 Sangku-3

Dulang Kayu

Keben /Sokasi

Keben /Sokasi

Sangku

Tempat-Tirta-1
Caratan Tirta

Tempat-dupa Tempat Dupa Plangkiran-2 Plangkiran Kayu Pajeng-set Pajeng

PKBM Mitra Fajar Lestari yang salah satu programnya tentang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Bali yang dilandasi Agama Hindu menjadi sesuatu yang wajib dilestarikan menyesuaikan dengan perkembangan dan seperti wacana sekarang bagaimana Ajeg Bali bisa diwujudkan dalam suasana Bali yang penuh dengan Dinamika dan Tantangan dari Luar!!!, Untuk mewujudkan itu diatas selalu harus disikapi secara bijaksana dan harus dipahami secara keseluruhan, tanpa kita sadari bahwa pergeseran nilai – nilai luhur Budaya kita sudah semakin tergerus akibat perubahan yang terjadi begitu cepat!!!, Ajeg Bali sangat rentan keajegannya dimasa yang akan datang mengingat pola pikir, perubahan dari Luar dalam kontek Globalisasi, nilai-nilai luhur peradaban yang ada pada kita semakin tergerus dengan dalih diatas. Aktivitas & Kreatifitas memegang peranan yang sangat penting sehingga maka Lembaga Asrama / PKBM dapat mewujudkan aneka Aktivitas & kreatifitas untuk meningkatkat Pengetahuan (Jnana) Ketrampilan (Suskrya) tanpa meninggalkan jati dirinya, melalui pemberdayaan keterampilan yang diminati (hobby) atau dibutuhkan (market demeans) masyarakat dan merupakan yang sangat penting dalam tatanan budaya kita, atau menciptakan suatu kegiatan yang diprediksikan akan dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat tanpa tercabut dari akar Budayanya sendiri, dan ini merupakan terobosan yang perlu kiranya mendapatkan penekanan sehingga kegiatan PKBM bisa diperhitungkan ditingkat persaingan antar produk/ jasa layanan yang ada di masyarakat baik Lokal maupun Mancanegara.

DSC00449Kenapa PKBM “Mitra Fajar Lestari” tertarik untuk menyelenggarakan pelatihan  Ketrampilan Bebantenan (Serati) mengingat upacara dalam Agama Hindhu hampir tidak pernah mandeg/ berhenti walaupun kondisi Ekonomi sedang krisis dan juga aktifitas bebantenan (Yadnya) yang melibatkan masyarakat banyak (padat karya) dan pada kegiatan ini juga terselip Misi pelestarian nilai Budaya yang dilandasi Agama Hindhu, dan didalamnya terkandung pemberdayaan Ekonomi kerakyatan / kewirahusaan pedesaan yang sangat besar, dan berkesinambungan.

Diadakan pembelajaran/pelatihan Ketrampilan Bebantenan (Serati) didasari beberapa pertimbangan, yang berawal dari permasalahan sebagai berikut :

  • Generasi Remaja putri mayoritas kurang tertarik belajar mendalami ketrampilan dalam bebantenan karena mereka sudah merasa senang bisa serba praktis dan Pekerjaan tersebut adalah sudah ada orang tua yang mengerjakannya (Peningkatan Jnana pada Serati masih kurang).
  • Aspek Ekonomis masyarakat secara keseluruhan lebih murah dari pada membuat bebantenan sendiri, dan amat repot dan komplek apabila mengerjakan dengan pola gotong royong, apabila itu sifatnya perorangan (individu).
  • Terkesan jika mengerti ketrampilan Bebantenan tidak bisa digunakan untuk meningkatkan Taraf Hidup / perkonomian Keluarga dan tidak memjandi suatu kebanggaan yang bisa dikemas untuk mempunyai nilai Ekonomis / bisnis disamping bisa beryadnya pada sesame Umat.
  • Masa kanak-kanak dari Sekolah Dasar sampai SMU (SMA) di Sekolah kurang diperkenalkan / diajarkan dalam hal membuat unsur-unsur bebantenan (sarana upakara & upacara).
  • Adanya Nilai Rasa di Masyarakat bahwa kurang direspon oleh masyakat kebanyakan kalau memilih kegiatan usaha jasa pembuatan Bebantenan (upakara).

Pendidikan Kecakapan Hidup adalah : Program pelatihan yang diselenggarakan secara khusus oleh Desa / Kelurahan memberikan ketrampilan bagi masyarakat pedesaan agar dapat memproleh pengetahuan, ketrampilan (meningkatkan Jnana) dan menumbuh kembangkan sikap mental kreatif, inovatif, betanggung jawab akan berani menanggung resiko ( sikap mental Profesional ) dalam mengelola Potensi diri dan Lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya.

Pemberdayaan Perempuan dalam mempertahankan /meningkatkan Ajeg Bali dalam aktifitas bebantenan (upakara) dengan pendekatan Manajemen Modern mengacu pada Pemahaman Sastra Agama ( Sastra Dresta) dan bukannya Gugon Tuwon / Anak Mulo Keto (Desa mawicara)

  • Mencoba mengajak berpikir pola pendekatan Usaha kemandirian dan pendekatan Sosial serta memperdalam pemahaman tentang Budaya dan Agama Hindhu (Catur Dresta).
  • Membuat Percontohan Lembaga/ Kelompok yang melayani jasa bebantenan (Upakara), Pendeta Pemuput dan Jro mangku yang membantu dalam Prosesi Upacara dilandasi oleh Ketulusan dan keiklasan (ŷadnya).

Mengingat Persoalan diatas sudah barang tentu hal ini harus disikapi dengan arif bijaksana, mengingat persoalan bebantenan (serati) diatas menyimpan Potensi Pemberdayaan Ekonomi kerakyatan yang cukup besar dalam upaya menggerakkan potensi Ekonomi pedesaan secara terpadu, Holistik dan berkelanjutan.

Koordinator Jero mangku sukerta, Jero Mangku Wayan Dresta.

0 komentar:

Posting Komentar